Presiden Sangat Hati-hati
Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam penyampaian RAPBN 2014, dinilai sebagai bentuk kehati-hatian pemerintah dalam menyusun postur RAPBN 2014. Namun, presiden telah menyampaikannya secara konfrehensif.
Demikian disampaikan Anggota Komis VI DPR Atte Sugandi usai mengikuti Rapat Paripurna DPR, Jumat (16/8). “Sebetulnya dari awal sampai akhir, Pak SBY memberikan penjelasan yang sangat konfrehensif. Kita lihat dari mulai pertumbuhan ekonomi yang rata-rata 5,5% dan InsyaAllah yang sekarag sekitar 6,5%. Itu sudah luar biasa. Kalau prediksi IMF dan bank dunia hanya 3,5%,” ungkap Atte.
Postur RAPBN ini dinilai Atte sangat ekspansif. Seperti diketahui total anggaran pendapatan negara hampir Rp1.662 triliun. Sedangkan anggaran belanja negara sebesar Rp1.816 triliun. “Maka kalau kita lihat RAPBN 2014 direncanakan tetap ekspansif dan defisit anggaran itu hanya cukup 1,4% terhadap PDB yang sekitar Rp154 triliun.”
Menurut Anggota F-PD ini, defisit RAPBN 2014 ternyata lebih rendah daripada APBN-P 2013 yang sekitar 2,38%. “Di sini presiden sangat hati-hati. Itu menariknya,” ucap Atte. Sementara soal penurunan rasio utang pemerintah terhadap PDB yang di negara-negara kolap bisa di atas 30%, maka di Indonesia, kata Atte, dipelihara pada 22,23%.
Namun demikian, Atte berharap di masa yang akan datang harus secara perlahan dan pasti mengurangi rasio utang kita. Kalau bisa kurang dari 20%. “Tapi, bila kini mencapai 22% saja, itu sudah bagus. Ini juga merupakan beban utang pemerintahan yang lalu. Tapi, tetap kita menanggungnya. Menurut saya, angkanya masih tinggi. Tapi, harus lebih rendah lagi dari itu,” ujar Atte.
Sementara menyangkut pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2014, harus dipelihara di atas 6%. Semua pertumubuhan ekonomi tersebut ditujukan untuk program-program pemerintah seperti pengentasan kemiskinan, meningkatkan lapangan pekerjaan, dan menjaga lingkungan hidup yang berkesinambungan.
Soal menjaga lingkungan hidup tentu sangat terkait dengan pemeliharaan sumber daya alam (SDA) yang ada. “Jangan sampai SDA kita dikeruk habis-habisan hingga anak cucu kita tidak kebagian.” (mh)